friendship is forever,,

friendship is forever,,
i'm not looking for someone to talk to,,i've got my friend is more than OKay..

Thursday, April 8, 2010

maafkan??

ketika orang yang kita anggap teman..ternyataa bukanlah teman,,
ketika kita punya niat yang tulus ternyata kita cuma dimanfaatkan
ketika apa  yang sudah kita lakukan tidak dihargai...
ketika kita diperlakukaan seenaknya....


dan apakah memaafkan adalah obatnya??

Thursday, April 1, 2010

Perspektif Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Indonesia

Air merupakan sumber kehidupan. Semua makhluk membutuhkan air. Untuk kepentingan manusia, makhluk hidup dan kepentingan lainnya, ketersediaan air dari segi kualitas maupun kuantitas mutlak diperlukan.
Dalam jumlah tertentu air juga bisa mengakibatkan bencana. Jumlah air yang terlalu besar di suatu lokasi mempunyai kekuatan dahsyat dan destruktif yang hebat yang disebut banjir, longsor, ataupun banjir bandang. Bencana ini mengakibatkan kerugian bagi makhluk hidup. Dalam jumlah yang terlalu kecil di suatu lokasi, air juga menimbulkan bencana yang sering disebut dengan bencana kekeringan (drought). Dengan kata lain air harus ada secukupnya baik ssecara kualitas maupun kuantitas pada suatu lokasi tertentu (space), dan pada saat yang tepat (time).
Air yang merupakan bagian dari sumber daya alam juga sebagai bagian dari ekosistem secara keseluruhan. Kuantitas air pada suatu lokasi dan waktu tertentu tergantung dan dipengaruhi oleh berbagai hal, berbagai kepentingan dan berbagai tujuan. Dengan kata lain, mengingat keberadaan air di suatu tempat dan di suatu waktu bisa berlebih atau berkurang sehingga menimbulkan berbagai persoalan maka air harus dikelola dengan bijak dengan pendekatan terpadu dan menyeluruh.
Terpadu mencerminkan keterikatan dengan berbagai aspek, berbagai pihak (stakeholders) dan berbagai disiplin umum. Menyeluruh mencerminkan cakupan yang luas (broad coverage), melintas batas antar sumber daya, antar lokasi, hulu dan hilir, antar kondisi, jenis tata guna lahan, antar banyak aspek dan antar multi disiplin, dan antar para-pihak. Pendekatan pengelolaan sumberdaya air juga harus holistik dan berwawasan lingkungan. Semua disiplin terlibat dan saling bergantung antara lain : sosial, ekonomi, teknik, lingkungan, hukum dan bahkan politik. Semua pihak harus terlibat dan diperhitungkan baik langsung maupun tidak langsung.
Air merupakan zat yg paling esensial dibutuhkan dalam setiap aspek kehidupan . Air dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia disegala bidang (sosial-ekonomi, lingkungan, budaya, politik dan keamaman nasional) dalam upaya meningkatkan pertumbuhan, keadilan, kemakmuran dan ketahanan. Dalam UUD Psl 33 ayat (3) dinyatakan bahwa sumber daya air (SDA) dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat secara adil. Indonesia memiliki potensi air terbesar kelima di dunia, namun kita mengalami kekurangan air di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan. Menghadapi ketidakseimbangan tsb, SDA ini perlu dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras. Di masa depan diperlukan pengelolaan SDA yang terpadu dan berkelanjutan. Jangan sampai air menjadi konflik laten di masa mendatang.
Hambatan pengelolaaan air di Indonesia antara lain: Kondisi alami SDA yang tidak merata serta teknologi pengolahan air yang masih kurang dapat mewadahi kebutuhan air setiap masyarakat. Pertambahan jumlah penduduk. Ketersediaan dan kinerja prasarana dan sarana yang belum optimal. Kelembagaan pengelolaan SDA yang belum memadai. Perilaku masyarakat pengguna SDA yang kurang efisien. Meningkatnya Daerah Aliran Sungai yang kritis. Perlunya dukungan perundang-undangan yang kuat. Ilustralsinya, begini akses pabrik minuman kemasan lebih mudah dibandingkan perusahaan air minum daerah. Airnya padahal gratis, kita cuma bayar kemasan dan cost produksinya saja.
Coba lihat paragraf di atas, manakah yang menjadi permasalahan utama? Kesadaran masyarakat memang penting. Air sepertinya selalu keluar dari keran kita, harganya juga tidak mahal seperti di Singapura. Kita boros air. Kelembagaan memang penting juga. Tapi tahukah anda ada berapa lembaga di Indonesia yang mengatur masalah air? Banyak. Ada Dewan Sumber Daya Air, ada Balai Besar Wilayah Sungai, Perum Jasa Tirta dan beberapa lagi subdepartemen dari departemen pemerintahan yang ada dari pusat hingga daerah. Jadi poin paling penting disini sepertinya adalah dukungan perundang-undangan dengan format baru dan integratif.
Tahun 2004 indonesia ikut dalam pertemuan Global Water Partnership-South East Asia, yang menghasilkan kebijakan pengelolaan air: Integrated Water Resources Management (IWRM). Yang inti dari kerangka kebijakan tersebut adalah;
"Co-ordinated management of resources in natural environmental (water, land, flora, fauna) based on river basin as geographical unit, with objective of balancing man’s need with necessity of conserving resources to ensure their sustainability.”
Prinsipnya Satu sistem sungai, satu rencana induk, diimplementasikan oleh lembaga-lembaga yang terintegrasi dalam satu manajemen terkoordinasi dengan pendekatan wilayah sungai sebagai kesatuan pengelolaan. Pendayagunaan sumberdaya air harus dengan upaya konservasi yg memadai. Proses penyusunan rencana pengelolaan diselenggarakan dengan pelibatan peran seluas-luasnya semua unsur stakeholders.
Pemerintah memiliki kewajiban menyediakan air bersih bagi rakyatnya, namun tidak memiliki uang. Sedangkan uang itu tersedia begitu besar pada sektor swasta. Jadi sektor swasta juga dilibatkan. Penetapan kebijakan pengelolaan SDA diselenggarakan secara demokratis. Implementasi kebijakan dilaksanakan oleh badan pengelola yg professional, dan akuntabel. Masyarakat harus dilibatkan dalam keseluruhan proses pengelolaan. Biaya pengelolaan menjadi tanggung jawab seluruh penerima manfaat jasa pengelolaan sumberdaya air. Jadi ada semacam segitiga kerjasama pemangku kepentingan disini. Undang-undang menjadi kontrol hukum bagi semua pihak. sehingga diharapkan terjadi keseimbangan “air untuk kehidupan” dan “air untuk sumber daya”.
Kemudian masalah kebijakan yang terpadu. Dalam kasus kebanyakan, banyak konflik kepentingan antar provinsi dalam mengelola air ini, DAS maksudnya. Disaat daerah hilir kebanjiran mereka menyalahkan daerah di hulu. Di saat terjadi kekeringan, wilayah yang dilewati DAS saling menyalahkan karena tidak mau bekerja sama mengelola air.
IWRM memberi solusi dengan membuat integrasi kebijakan pengelolaan air. Gambarannya sebagai berikut.
Pemerintah pusat berwenang dalam penetapan kebijakan nasional dan menetapkan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM), melakukan koordinasi, menjadi fasilitator penyelesaian sengketa antar provinsi, memberikan rekomendasi dan bantuan teknis kepada pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, menjaga efektivitas, efisiensi dan ketertiban pelaksanaan pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder lintas provinsi, lintas negara dan daerah irigasi strategis nasional. Selain itu pemerintah pusat memiliki kewenangan melaksanakan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder yang luasnya lebih dari 3.000 ha atau pada daerah irigasi lintas provinsi, lintas negara dan daerah irigasi strategis nasional.
Pemerintah provinsi melakukan hal yang sama dengan skala dan cakupan yang lebih sempit, mengatur hubungan pengelolaan antar kota provinsi tersebut. Memiliki kewenangan melaksanakan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya 1.000 ha sampai dengan 3.000 ha atau pada daerah irigasi lintas kabupaten/kota.
Pemerintahan kabupaten/kota menetapkan kebijakan kabupaten/kota, melaksanakan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya kurang dari 1.000 ha, memberi izin penggunaan dan pengusahaan air tanah di wilayah kabupaten/kota serta memfasilitasi penyelesaian sengketa antar daerah dalam satu kabupaten/kota.
Tetapi… Sekarang... Tetap…
22 Maret 2010. Selamat Hari Air Sedunia!. Save our water for better future! Shared water, shared opportunities.
Mengapa Perlu Menjaga Air?
Krisis air jangan dianggap main-main. Beberapa wilayah di Tanah Air sedang menuju ke arah kekeringan. Tulisan berikut mengawali tulisan berseri bertema “Air dan Udara dalam Kehidupan Kita” selama satu tahun guna memantapkan pemahaman kita tentang makna air dan udara bagi segala bentuk kehidupan di muka Bumi.
Betapa sumber daya air sangat vital buat segala bentuk kehidupan, bisa dilihat pula dari fakta bahwa peradaban paling awal justru lahir dan berkembang di sepanjang tepi sungai. Tengoklah peradaban awal Timur Tengah yang lahir dan berkembang di tepian Sungai Tigris dan Eufrat, peradaban Mesir kuno di wilayah tepi Sungai Nil, atau peradaban India kuno di tepian Sungai Indus.
Air kita terbatas!
Zaman sekolah dulu, kita mendapat pengetahuan kalau air di Bumi punya siklus abadi. Energi Matahari menjadi sumber panas yang dapat menguapkan air, baik di darat atau di laut. Uap naik dan berkumpul jadi awan. Awan mengalami kondensasi dan pendinginan sehingga membentuk titik-titik air yang akhirnya menjadi hujan. Air yang jatuh itu sebagian meresap ke tanah menjadi air tanah dan mata air, sebagian mengalir melalui sungai, sebagian terkumpul dalam danau atau rawa, dan sebagian lagi masuk ke laut.
“Lalu kenapa air mesti dihemat, dikelola secara baik, dan dilestarikan? Bukankah air kita melimpah?” Sumber air yang bisa kita pakai sebetulnya terbatas. Bumi memang menyimpan cadangan air tak kepalang tanggung banyaknya. Kira-kira 1,4 miliar km3. Tapi, sekitar 97%-nya berupa air laut, dan lebih dari setengah sisanya berbentuk gletser dan permukaan salju permanen. Alhasil, sumber air utama kita (air tanah dan air permukaan) hanya kurang dari 1,5%.
Kalau pertumbuhan penduduk, perkembangan industri yang pesat, dan ekspansi kawasan pertanian irigasi diperhitungkan, buntut-buntutnya permintaan yang meningkat dramatis akan membebani sumber air kita yang memang keberadaannya terbatas.
Air bersih untuk orang kota
Tak cuma untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, air juga untuk mengairi persawahan, menghidupi ternak, menjalankan industri, dan membangkitkan tenaga listrik. Terkadang juga untuk kepentingan pelayaran dan rekreasi.Semua kebutuhan itu bisa diperoleh dari berbagai sumber yaitu air hujan; air permukaan seperti sungai, danau, dan waduk; air tanah; dan air laut.
Guna memenuhi kebutuhan rumah tangga, ketersediaan air makin terbatas akibat pencemaran. Lebih dari semiliar penduduk di negara-negara sedang berkembang mengalami krisis air minum. Sekitar tiga miliar penduduk dunia tidak terjangkau sistem sanitasi yang sesuai agar terhindar dari ancaman penyakit yang berasal dari air.
Sejak seabad lalu, pembangunan fasilitas penyediaan air maupun pengolahan limbah di negara-negara maju telah berhasil menghadang pelbagai penyakit yang berkaitan dengan air macam tifus, kolera, dan disentri. Namun, di negara-negara berkembang, diperkirakan sekitar 14.000 – 30.000 orang – kebanyakan anak-anak dan orang tua – meninggal setiap harinya akibat penyakit yang timbul karena mengonsumsi air atau makanan tercemar.
Kita, yang tergolong negara berkembang, keadaannya tidak jauh berbeda. Air bersih masih lebih dinikmati orang kota. Lihat saja, pengadaan air bersih dalam skala besar masih terpusat di perkotaan, yang dikelola Perusahan Air Minum (PAM) kota bersangkutan. Secara nasional penikmat air PAM jumlahnya relatif kecil, cuma 16,08%. Penduduk yang belum mendapat pelayanan PAM umumnya menggunakan air tanah (sumur), air sungai, air hujan, mata air.
Penggunaan air tanah, baik untuk keperluan industri maupun rumah tangga, masih menempati urutan teratas. Penyedotan yang tidak terkontrol selama ini menyebabkan beberapa daerah digolongkan sebagai rawan dan kritis, terutama pada kedalaman 40 – 150 m. Yang tergolong kritis itu ialah Cekungan Bandung (Jawa Barat), Cekungan Jakarta-Tengerang-Bekasi (DKI/Banten/Jabar), Cekungan Semarang-Demak (Jateng), dan Cekungan Surabaya-Pasuruan (Jatim). Keempat cekungan di Pulau Jawa ini direkomendasikan menempati prioritas kawasan konservasi air tanah, di samping 20 cekungan lain di luar Jawa meski bukan prioritas (Kompas, 6/11/2000).
Untuk Jakarta, penyediaan air baku untuk air bersih pun makin sulit diperoleh. Sebab, air permukaan yang menyediakan air baku sudah banyak tercemar. Disinyalir, Jakarta akan mengalami krisis air baku pada 2001 (Kompas, 31/10/2000).
Celakanya lagi, penduduk yang memanfaatkan air tanah maupun air sungai sering mendapatkan air yang kurang memenuhi syarat sebagai air minum yang sehat. Bahkan di beberapa tempat tidak layak minum. Akibatnya tentu saja berbagai keluhan gangguan kesehatan yang mereka rasakan.
Jelas, kesehatan dan kesejahteraan sosio-ekonomi masyarakat terkait betul dengan suplai air yang cukup dan berkualitas sesuai kebutuhan. Alhasil, kelestarian ekosistem alam tergantung bagaimana kita mengurusi sumber daya alam yang satu ini.
Gunung Kidul: curah hujan tinggi tapi kering
Dari teori keseimbangan air global (siklus hidrologi), hujan yang jatuh sebetulnya menyediakan volume air lebih dari cukup untuk kebutuhan manusia maupun lingkungan alam lainnya. Namun, ketersediaan air di suatu tempat dan dalam kurun waktu tertentu acap terkendala oleh distribusi hujan yang tak merata, juga sumber air tanah maupun air permukaan yang bervariasi jumlah maupun mutunya dari satu wilayah ke wilayah lain.
Ambil contoh, di Cheerapunji, India, intensitas hujan tahunan sering melebihi 10 m, tapi itu terjadi selama musim hujan yang pendek. Sebaliknya, berbagai wilayah di Gurun Sahara di Afrika dan Gurun Atacama di Amerika Selatan, menerima sedikit atau sama sekali tanpa hujan sepanjang tahun. Kabupaten Gunung Kidul di DI Yogyakarta, yang intensitas curah hujannya cukup tinggi, terkenal sebagai daerah rawan air karena kondisi geologisnya yang berupa perbukitan kapur. Masih banyak contoh daerah lain di Tanah Air yang menderita hal serupa.
Pengadaan air di pelbagai daerah pun masih menghadapi persoalan akibat pencemaran oleh sumber-sumber alamiah seperti pengaruh air laut dan aktivitas manusia seperti pembuangan limbah perkotaan dan industri, pemakaian pestisida maupun pemupukan, pembuangan limbah padat maupun cair, serta tumpahan bahan-bahan berbahaya secara tidak sengaja.
Persoalan lain yaitu akibat pengambilan air tanah dengan pompa dalam jangka lama yang jauh melebihi pasokan air ke dalam tanah. Hal itu berakibat antara lain menipisnya cadangan air tanah, terjadinya intrusi air laut, turunnya permukaan tanah, dan ketergantungan yang makin besar terhadap air permukaan.
Konsekuensi air sebagai sumber daya publik yang dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sesuai bunyi pasal 33 UUD kita, yaitu bahwa pengembangan dan pengelolaannya harus diarahkan pada tataran teknis maupun politis.
Makanya, seperti ditulis Prof. Ralph A. Wurbs dari Texas A & M University (TAMU) di World & I September 2000, yang terlibat dalam pelaksanaan itu, ya semuanya. Termasuk pemerintah (tingkat lokal sampai internasional), pemasok air swasta, perusahaan rekayasa dan konstruksi, industri pengguna air, LSM bidang lingkungan dan lainnya, juga kita sebagai pengguna air. Kelangsungan hidup dan kesejahteraan penduduk di mana pun lalu tergantung pada kemampuan komunitas manajemen itu untuk mengatasi distribusi sumber daya air yang tidak merata dari segi tempat dan waktu, serta melindungi air dari pencemaran.
Fokus pengelolaan sumber daya air ini mencakup fasilitas, manajemen permintaan, desalinasi, alokasi air, dan manajemen air terpadu.
Fasilitas: peranan waduk dan dam
Yang termasuk fasilitas pengadaan air itu berupa sumur, dam, waduk, industri pengolahan air, jaringan pipa distribusi air perkotaan, sistem pengumpulan dan pengolahan limbah, serta sarana irigasi.
Peranan dam, waduk, dan bangunan lain yang terkait sangat penting dalam manajemen pengadaan air dan manajemen air multiguna. Sungai-sungai pada umumnya mempunyai ciri sangat bervariasi alirannya dengan fluktuasi musiman yang makin parah akibat kekeringan dan banjir yang ekstrem. Simpanan air dalamwaduk lalu menjadi penting karena fluktuasi aliran air bisa diatur dan penyediaan air dapat terwujud.
Saat ini, membangun waduk baru sekelas Saguling, Cirata, Kedungombo, Gajahmungkur, atau Jatiluhur, menghadapi kendala keuangan negara yang terbatas. Karena itu pengoperasian secara optimal, perawatan, dan rehabilitasi fasilitas yang sudah ada perlu ditekankan.
Manajemen permintaan: kurangi pemborosan
Kondisi hidrologis, lingkungan, dan ekonomi menjadi kendala untuk menyediakan air tambahan. Karena itu, manajemen permintaan – dalam bentuk mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi penggunaan – harus menjadi perhatian utama.
Banyak kota menghamburkan air dengan tidak mendeteksi kebocoran pipa-pipa air dalam sistem distribusi air yang sudah tua umurnya. Sistem irigasi pertanian banyak kehilangan air akibat perembesan dan penguapan. Orang jor-joran memakai air lebih dari yang dibutuhkan.
Penggunaan air secara rasional selama musim kemarau merupakan langkah mendesak jangka pendek untuk mengatasinya. Sedangkan langkah jangka panjang meliputi pembuatan sumur resapan, taman dan hutan kota, penggunaan toilet, sistem irigasi dan pertamanan yang efisien, termasuk insentif harga air leding serta upaya mendeteksi dan memperbaiki kebocorannya.
Desalinasi: belum populer
Dulu air asin di laut dan kawasan tertentu sungai maupun air tanah tidak bisa dimanfaatkan. Tapi, kini sudah tersedia teknologi desalinasi untuk menawarkan air asin yang dikenal sebagai proses osmosis balik (reverse osmosis). Berbagai instalasi di luar negeri dulu mengandalkan teknologi distilasi termal.
Di Indonesia pengolahan air asin atau payau menjadi tawar belum populer seperti halnya di negara-negara Timur Tengah atau Amerika Serikat. Padahal teknologi itu sangat membantu masyarakat di kawasan pantai dan pulau-pulau kecil seperti Kepulauan Seribu. Air hujan yang telah disiapkan di bak penampung air hujan sering tidak mencukupi kebutuhan pada musim kemarau. Untunglah, belum lama ini Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sudah memasyarakatkan teknologi itu.
Alokasi air: banjir “kiriman”
Istilah banjir kiriman masih sering dilontarkan untuk menunjuk daerah hulu sebagai biang keladi banjir di daerah hilir. Ini bisa terjadi karena sebuah sungai sering mengalir di dua daerah administratif atau lebih. Misal, banjir di kawasan tertentu DKI Jakarta sering disebut “kiriman” dari Bogor (Jabar). Padahal secara geografis suatu daerah aliran sungai (DAS) merupakan satuan sistem aliran air yang tidak dapat dipisah-pisahkan.Karena itu sistem perundang-udangan tentang air dan kerjasama antarwilayah tentang alokasi air menjadi penting, apalagi di era otonomi daerah.
Manajemen air terpadu: seimbangkan beragam kebutuhan
Sumber daya air dimanfaatkan oleh berbagai macam pengguna untuk pelbagai kebutuhan. Karena itu manajemen air yang efektif membutuhkan pendekatan sistem dengan memadukan sejumlah faktor.
Yang harus menjadi perhatian utama tentulah jumlah dan mutu air. Manajemen air tanah dan sumber air permukaan diperlukan, tapi kebutuhan air dialokasikan secara pas untuk pelbagai pengguna. Kebutuhan manusia harus diimbangi kebutuhan ekosistem, pembangunan ekonomi mesti mempertimbangkan perlindungan lingkungan. Berbagai upaya harus dibuat untuk optimalisasi program manajemen permintaan, pembangunan fasilitas baru, dan pengembangan pengoperasian serta perawatan fasilitas yang sudah ada.
Pendekatan manajemen air perlu melibatkan berbagai kemajuan di bidang teknologi pengadaan air seperti proses desalinasi dan teknik irigasi yang efisien. Teknologi yang dipilih pun harus sesuai dengan wilayah dan budaya lokal tertentu.
Diharapkan, perencanaan dan manajemen sumber saya air akan bergerak menuju pendekatan sistem holistik dengan mengintegrasikan berbagai aspek termasuk pengadaan air (untuk kebutuhan rumah tangga, industri, dan pertanian), drainase, pembangkit tenaga listrik, pengendalian banjir dan erosi, serta konservasi ekosistem.
Mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi mesti terus ditekankan. Proses pengambilan keputusan harus mempertimbangkan pandangan dari berbagai kalangan termasuk para ilmuwan, pakar, politisi, LSM, dan masyarakat. Keberhasilan pendekatan ini akan tergantung pada seberapa baik faktor yang berbeda-beda itu diolah untuk membentuk gambaran masa depan sumber daya air yang lestari. (Al. Heru Kustara)
dari : .indomedia.com/intisari/2001/jan


FROM:RINI ADRIANITA
06 174 008